Headlines

Oversharing: Berbagi Informasi atau Memberikan Ancaman?

Tak dapat dipungkiri kehidupan kita saat ini tidak dapat lepas dari sosial media, bahkan kebanyakan dari kita membuka sosial media untuk mencari pekerjaan, hiburan ataupun sumber edukasi. Adanya sosial media ini memudahkan kita untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja. Hal ini membuat media sosial menjadi tempat untuk membagikan cerita atau pengalaman yang kita punya kepada siapa saja karena tidak adanya batas waktu dan geografis yang berlaku. Membagikan cerita ini dapat menjadi sarana kita untuk curhat, tetapi terlalu banyak membagikan cerita atau pengalaman yang kita miliki dapat menimbulkan malapetaka.

Terlalu banyak membagikan informasi yang terlalu personal dengan frekuensi tinggi dapat disebut dengan oversharing (Radovic et al., 2017). Oversharing ini dapat kita lakukan secara sadar maupun tidak sadar kita telah membagikan informasi yang sensitif dan bersifat privasi. Oversharing di media sosial dapat dihasilkan dari interaksi yang terjadi secara online. Interaksi online ini bukan hanya pilihan dari diri seseorang, hal lain seperti motivasi sosial untuk menjaga persahabatan, menghindari situasi canggung, dan menemukan topik baru untuk sebuah obrolan (Crespel, 2016).

Penyebab dari perilaku oversharing di media sosial dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni sebagai berikut (Golbeck, 2014).

1. Anominitas

Di sosial media kita dapat menyembunyikan identitas dan mengganti dengan identitas baru yang kita buat. Hal ini membuka kemungkinan perilaku seseorang di dunia online berbeda dari apa yang di seseorang lakukan di interaksi tatap muka karena berinteraksi dengan identitas yang berbeda.

2. Tak terlihat

Sebagian besar interaksi online tidak melibatkan orang yang data melihat satu sama lain bahkan jika identitas asli seseorang diketahui. Akan lebih mudah untuk mengatakan sesuatu di balik keyboard daripada saat berinteraksi secara langsung.

3. Komunikasi tertunda

Interaksi online umumnya tidak terjadi secara real time bahkan dapat memiliki dapat memiliki jeda yang tidak pernah dapat terjadi di interaksi secara langsung. Hal ini menjadikan seseorang untuk berbagi sesuatu yang bersifat personal karena kita bisa memposting lalu meninggalkannya dan menghadapi respon dari orang lain di kemudian hari.

4. Mengisi orang lain

Kita tidak mendengar suara orang atau melihat ekspresi dan bahasa tubuh seseorang saat berinteraksi secara online. Sebaliknya, kita membaca posting mereka dengan suara kita sendiri di kepala. Hal ini bisa membuat percakapan terasa kurang nyata dan lebih seperti dalam imajinasi. Pada dasarnya, kita mungkin merasa seperti sedang berbicara dengan diri kita sendiri dan kita kehilangan perasaan tentang orang lain yang terlibat. Ini dapat menyebabkan kita mengatakan sesuatu lebih banyak karena imajinasi kita sendiri adalah tempat yang aman untuk menyimpan rahasia.

5. Tidak nyata

Internet dapat terasa seperti tempat yang terpisah dari kehidupan nyata dan penuh dengan karakter orang berbeda-beda (bukan orang yang sebenarnya). Jika kita merasa seperti tidak sedang berinteraksi dengan lingkungan yang sebenarnya dimana tempat kita untuk mengimplikasikan tindakan kita, ini dapat menyebabkan hambatan dengan apa yang ingin kita bagikan.

6. Kurangnya otoritas

Berbicara secara offline dapat menyebabkan kita mempertimbangkan dengan cermat apa yang kita ingin ungkapkan. Ketika secara online pertimbangan apa yang ingin kita bagikan bisa saja hilang karena semuanya menjadi setara. Jika ha linin terjadi maka kita akan kehilangan penahanan diri untuk apa yang ingin kita bagikan. 

Beberapa bahaya dapat mengintai kita saat kita menjadi oversharing di sosial media, di antaranya adalah penguntit bisa membaca informasi personal kita, penjahat bisa saja menunggu posting-an terakhir kita, dan semua yang kita bagikan bisa berbalik menyerang kita. Hal ini dikarenakan sosial media diibaratkan seperti buku yang terbuka sehingga orang-orang dari mana pun dapat melihat dan mengaksesnya. Oversharing ini juga dapat menimbulkan Fear of Missing Out (FOMO) (Drury, 2020). Saat melihat orang lain di media sosial berbagi banyak hal akan ada perasaan bahwa kita tertinggal sehingga mendorong kita untuk melakukan hal yang sama agar terlihat tidak tertinggal.

Nah, untuk itu, ada beberapa cara yang untuk menghindari perilaku oversharing ini, di antaranya.

  1. Nonaktifkan status aktivitas 
  2. Matikan tanda terima telah dibaca
  3. Gunakan fitur kunci di akun sosial media
  4. Self-talk sebelum membagikan sesuatu di sosial media
  5. Jangan memposting tentang perjalanan yang akan datang atau sedang berlangsung
  6. Pertimbangkan siapa yang mungkin membaca posting 

 

Daftar Pustaka

Crespel, E. (2016). Controlling social media flow: avoiding unwanted publication. In ESSACHESS. Journal for Communication Studies (Vol. 9, Issue 2). https://ssrn.com/abstract=2898335 

Drury, I. (2020, June 24). The Problem With Oversharing. Medium. https://medium.com/illumination/the-problem-with-oversharing-aa6f1adda004 

Golbeck, J. (2014, October 15). Why We Overshare Online. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/gb/blog/your-online-secrets/201410/why-we-overshare-online 

Radovic, A., Gmelin, T., Stein, B. D., & Miller, E. (2017). Depressed adolescents’ positive and negative use of social media. Journal of Adolescence, 55, 5–15. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.12.002