Headlines

Ekspresi Cinta untuk Idola K-pop

Ku terpikat pada tuturmu 

Aku tersihir jiwamu 

Terkagum pada pandangmu

Caramu melihat dunia

 

Seperti lirik dalam lagu Raisa yang berjudul “Jatuh Hati”, hampir semua dari kita merasakannya ketika pertama kali menjadi penggemar idola k-pop, mungkin dari penampilannya, suaranya, karakternya, atau kalau sudah bucin, pasti semua tentang dirinya.

Zaman sekarang menjadi penggemar k-pop dimudahkan sekali, bukan? Akses untuk mendengarkan  musik ataupun karya-karya lainnya mudah dan gratis. Berbagai konten menarik bertebaran di YouTube, televisi, maupun media sosial. Interaksi yang intens dapat dilakukan melalui media sosial atau platform chat dengan idola. Semuanya lancar meski hanya bermodalkan kuota internet. Hidup terasa lengkap dan bahagia setiap kali fangirling atau menjalankan kegiatan sebagai penggemar. 

Eitsfangirling sebenarnya tidak sebahagia dan semulus itu juga, loh. Menjadi seorang penggemar mendorong kita untuk bergaul dengan komunitas atau fandom, kalau tidak bergabung, mungkin juga memperhatikan. Bukan rahasia umum lagi di semua komunitas penggemar pasti terjadi perseteruan atau biasa disebut fanwar. Banyak sekali opini maupun informasi negatif yang bertebaran dari pandangan penggemar ataupun haters. Ada kalanya kita terpengaruh oleh hal tersebut kemudian merasa tidak nyaman dan juga bertanya-tanya, “Sebenarnya kegiatan ini sehat atau tidak, sih?”

Pada dasarnya sehat atau tidaknya pengaruh dari perseteruan tersebut ditentukan oleh diri kita sendiri. Sayangnya, tidak semua penggemar mampu menunjukkan cintanya dengan baik dan mengarahkan hobi ini dengan benar. Perlu kesadaran serta kehati-hatian dari kita untuk membangun kondisi dan lingkungan penggemar yang sehat dan menyenangkan. Namun, bagaimana caranya?

Bijaksana pada atensi

Informasi negatif lebih menarik perhatian dan mendorong kita untuk berpikir lebih dalam ketimbang informasi positif (Kätsyri et al., 2016). Banyaknya opini negatif yang kita perhatikan menimbulkan emosi negatif yang dapat memengaruhi kita. Oleh sebab itu, kita perlu selektif terhadap hal yang kita perhatikan. Lakukanlah social media filtering menggunakan fitur mute account, mute words, block, dan juga report untuk menjaga lingkungan internet kita. 

Bergaul dalam lingkungan positif

Kita juga perlu memilih teman fangirling yang rasional dan tidak mudah terprovokasi, terlebih dari dunia maya, untuk membangun lingkungan berinternet yang positif. Apabila kegiatan yang mereka lakukan memengaruhi emosi negatif diri kita, seperti memulai fanwar, melakukan cyberbully, ataupun sering memberi opini negatif atau emosi negatif, lakukanlah filtering menggunakan fitur yang sudah tersedia pada platform tersebut. Menurut Nuraini dan Adriani (2020), komunitas yang suportif dapat meningkatkan kesejahteraan diri yang ketika disertai dengan rasa bagian dari kelompok dan self-esteem dapat membawa hobi ini ke arah yang positif.

Memahami batasan

Sebagai penggemar, kita perlu memahami bahwa sisi idola yang kita lihat selama ini bukan sepenuhnya diri mereka. Itu hanyalah karakter yang mereka tunjukkan untuk pekerjaan. Sebenarnya penggemar terkoneksi dengan idola secara satu arah atau sepihak yang biasa disebut parasocial relationship. Parasocial relationship memang dibentuk dalam industri k-pop sebagai salah satu strategi marketing dengan menggunakan rasa memiliki kita terhadap idola (Aw & Labrecque, 2020). Aktivitas seperti mengikuti kegiatan mereka dari media sosial dan berita, membicarakan mereka seperti kita mengenalnya, dan ikut gembira atas pencapaiannya bisa melemahkan batasan psikologis antara penggemar dan idola. Ketika batasan itu hilang, penggemar menjadi merasa mampu untuk menggunakan perspektif idolanya, seperti membuat narasi persuasif menggunakan sudut pandang dan perasaan idolanya (Hung, 2014; Green et al., 2004).

Modelling

Idola kita menunjukkan banyak karakter positif dirinya, seperti penuh kasih sayang, sopan santun, kerja keras, humoris, kreatif, disiplin, dan sebagainya yang dapat kita tiru. Menurut Bandura dalam teori observational learning, seseorang bisa belajar dengan modelling dari orang lain seperti mengamati beberapa perilaku dan memodifikasikannya untuk ditiru (Feist et al., 2017). Kita dapat meniru dari konsekuensi-konsekuensi yang mereka dapatkan, seperti untuk menjadi idola, mereka berani mendorong diri sendiri untuk mengikuti audisi sehingga kita bisa menirunya pada hal-hal kecil, misalnya berani mengikuti lomba. Idola kita memang hebat, tetapi sebagai penggemar kita juga bisa menjadi hebat dengan cara kita masing-masing. Kita harus selalu ingat bahwa masih ada kehidupan yang perlu kita jalani sendiri.

Eksplorasi diri, minat, dan bakat

Di dalam fandom ada berbagai kegiatan positif yang dapat penggemar lakukan untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Ada wadah untuk berkreasi dan berinovasi dengan berkontribusi pada fan project, seperti ketika konser, birthday event, promosi comeback, group anniversary, dan sebagainya. Selain itu, secara individual kita dapat berkreasi dengan membuat sesuatu yang sedang tren seperti kue ulang tahun, dekorasi photocard, cover lagu, fanart, fanfiction, dance cover, dan sebagainya sesuai dengan minta masing-masing. 

 

Referensi

Aw, E. C., & Labrecque, L. I. (2020). Celebrity endorsement in social media contexts: Understanding the role of parasocial interactions and the need to belong. Journal of Consumer Marketing, 37(7), 895–908. https://doi.org/10.1108/jcm-10-2019-3474

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. (2017). Theories of Personality. McGraw-Hill Education.

Green, M. C., Brock, T. C., & Kaufman, G. F. (2004). Understanding media enjoyment: The role of transportation into narrative worlds. Communication Theory, 14(4), 311–327. https://doi.org/10.1111/j.1468-2885.2004.tb00317.x 

Hung, K. (2014). Why celebrity sells: A dual entertainment path model of brand endorsement. Journal of Advertising, 43(2), 155–166. https://doi.org/10.1080/00913367.2013.838720

Kätsyri, J., Kinnunen, T., Kusumoto, K., Oittinen, P., & Ravaja, N. (2016). Negativity bias in media multitasking: The effects of negative social media messages on attention to television news broadcasts. PLOS ONE, 11(5), e0153712. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0153712

Nuraini, & Adriani, Y. (2020). Pengaruh self-esteem, perceived sosial support, dan sense of community terhadap subjective well-being penggemar anime. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 7(2), 20–29.