Headlines

Patriarki dan Depresi dalam Kim Ji-Young: 1982

Judul : Kim Ji Young: Born 1982

Genre : Drama

Tahun : 2019

Sutradara : Kim Bo-young

Durasi : 1 jam 58 menit (118 menit)

Pemeran : Jung Yu-mi, Gong Yoo, Kim Mi-kyung, Cha Mi-kyung, Park Sung-yeon, Kim Sung-cheol, Lee Byong-run, Son Sung-chan

 

Film ini menceritakan tentang seorang ibu rumah tangga bernama Kim Ji-young (diperankan oleh Jung Yu-mi) yang menjalani kehidupan layaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Semua berjalan baik-baik saja sampai sang suami, Jung Dae-hyun (diperankan oleh Gong Yoo), merasakan suatu keanehan pada istrinya hingga akhirnya Dae-hyun memutuskan mengunjungi psikolog untuk berkonsultasi. Setelah berkonsultasi, Dae-hyun akhirnya mengetahui bahwa istrinya menderita post-partum depression yang menyebabkan Ji-young berperilaku aneh, misalnya menirukan gaya berbicara ibu atau neneknya. 

Terungkap bahwa perilaku aneh tersebut timbul ketika Ji-young berada dalam tekanan, terutama ketika berhubungan dengan pekerjaan dan kehidupannya sebagai ibu rumah tangga. Ji-young memiliki keinginan untuk bekerja kantoran. Akan tetapi, lingkungannya tidak mendukungnya. Ayahnya menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah dan tidak bekerja, ibu mertuanya yang selalu menyuruhnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah terus-menerus membuatnya frustrasi, ditambah dirinya yang baru melahirkan menjadikannya mengalami depresi dan menimbulkan perilaku-perilaku aneh tersebut. Singkat cerita, Ji-young mengetahui kondisinya kemudian pergi ke psikolog untuk mendapatkan terapi hingga akhirnya dia berhasil untuk kembali pulih dan bekerja sebagai penulis untuk membagikan kisahnya.

Film yang berasal dari novel dengan judul yang sama ini mendapatkan kecaman di negara film ini berasal, yaitu Korea Selatan, dikarenakan film ini dianggap mendukung feminisme, mengingat budaya patriarki  masih kental di negara tersebut. Film ini berupaya menuangkan apa yang telah dikisahkan dalam novel adaptasinya, yaitu pembingkaian budaya patriarki yang masih ada di negara tersebut dan memberikan dampak negatif pada kaum wanita. Film ini mencoba mengungkap salah satu dampak negatif yang merupakan hasil dari budaya patriarki itu sendiri lewat masalah kesehatan mental berupa depresi. Depresi yang ditampilkan di sini seakan menjadi peringatan keras bagi masyarakat Korea Selatan bahwa budaya patriarki yang berlebihan tidak akan menghasilkan apa-apa. Budaya patriarki hanyalah belenggu yang menghasilkan sebuah kesia-siaan belaka.

Selain budaya patriarki yang menjadi permasalahan, perlu kita perhatikan juga bagaimana seharusnya kita bersikap dalam memberikan pendampingan terhadap orang yang mengalami depresi. Dae-hyun memberikan contoh yang baik dalam mendampingi istrinya, Ji-young. Dae-hyun menyadarkan Ji-young bahwa dirinya memang membutuhkan pertolongan profesional. Dae-hyun juga memberikan dukungan serta bantuan demi kesembuhan istrinya, seperti Dae-hyun yang mulai ikut membantu dalam banyak pekerjaan rumah tangga. Hal itu tentunya sangat membantu kesembuhan istrinya mengingat hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga pernah menjadi penyebab istrinya berperilaku aneh beberapa waktu yang lalu.

Secara keseluruhan, film ini terbilang berhasil merangkum bentuk serta dampak yang ditimbulkan dari adanya budaya patriarki. Isu kesehatan mental yang dibahas berhasil menarik minat penulis pribadi untuk menonton film ini. Jajaran aktor serta aktris terbaik pun menambah nilai film ini. Terakhir, hal yang sangat penulis garis bawahi dari film ini adalah pentingnya peka terhadap keadaan sekitar kita, tidak memandang gender, suku, ras, maupun agama karena sejatinya setiap manusia berhak atas apa yang ia inginkan serta berhak atas kedamaian dan kebebasan dirinya.

 

Penulis

Muhammad Yazid Zidane Sandy