Headlines

Pengaruh Media Sosial terhadap Body Dissatisfaction pada Remaja Perempuan

Nama  : Allodya Vanesh Marcella

Masa remaja menjadi fase hidup dimana kita mulai mengeksplorasi tentang ekspresi, citra, dan persepsi diri. Pada fase ini, terutama bagi remaja perempuan, penampilan sangatlah penting dan dapat dikatakan menjadi hal yang utama. Terkadang apabila remaja tidak mengikuti standar penampilan yang banyak berlaku di masyarakat atau sedang tren, mereka akan merasa kurang percaya diri. Perilaku ini tidak terlepas dari adanya peran media sosial yang memberikan banyak wawasan baru dan informasi mengenai kehidupan pribadi individu lainnya. Media sodial tidak hanya memengaruhi remaja dalam hal cara berpakaian, tetapi juga perspektif terhadap tubuh mereka sendiri. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa media sosial ternyata sangat berpengaruh terhadap cara memandang diri mereka sendiri atau dapat dikatakan body image. Banyaknya informasi yang masuk melalui media sosial, pada kenyataannya dapat membentuk body image yang rendah. Perspektif ini kemudian menyebabkan body dissatisfaction, terutama bagi remaja perempuan.

Body image sendiri adalah persepsi, pemikiran, dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Grogan, 1999, 1). Body image berperan penting dalam pertumbuhan remaja. Hal ini karena persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan cara berpikir seseorang. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, remaja putri lebih memiliki kecenderungan dalam body dissatisfaction. Body dissatisfaction adalah kondisi dimana seseorang memiliki pemikiran dan perasaan negatif tentang dirinya sendiri (Grogan, 1999, 2).

Menurut Rideout-Robb (sebagaimana dikutip dalam Roberts dkk., 2022) mengatakan bahwa 83% remaja menggunakan media sosial. Selain itu, 73% remaja perempuan dan 56% remaja laki-laki mengecek media sosial setiap hari. Melalui hal ini, dapat dilihat bahwa remaja perempuan lebih banyak terpapar oleh media sosial daripada remaja laki-laki. Hal ini menyebabkan remaja perempuan memiliki anggapan bahwa cara berpakaian, bentuk tubuh, dan perilaku individu-individu yang mereka lihat di media sosial adalah norma sosial yang harus diikuti. Perilaku ini merupakan salah satu bentuk dari normative social influence, yaitu ketika remaja perempuan melakukan konformitas karena adanya pengaruh orang lain (media sosial) dengan tujuan agar disukai dan dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Tindakan yang dilakukan remaja ini merupakan hal yang normal apabila dilihat melalui konteks psikologi sosial. Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk diterima di lingkungan sosialnya dengan cara mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan sosialnya. Biarpun demikian, tindakan ini kemudian memicu munculnya body dissatisfaction, karena hal yang mereka anggap “norma” sejatinya merupakan standar yang tak ada habisnya.

Selain itu, menurut Martin dkk. (2022) penggunaan platform media sosial juga berhubungan dengan tendensi dari penggunaannya untuk membandingkan penampilan fisik dengan orang lain. Hasil studi ini dapat dilihat pada tren yang muncul pada tahun 2016 tentang Kylie Jenner’s Lips. Saat itu, Kylie Jenner dianggap sebagai role model oleh remaja-remaja perempuan. Hal ini kemudian memicu munculnya tren untuk melakukan filler bibir agar terlihat seperti selebriti Kylie Jenner. Munculnya tren ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa paparan media sosial ternyata memiliki dampak yang besar terhadap perilaku suatu individu.

Masa remaja sejatinya memang merupakan fase ketika seorang individu sedang mencari jati diri mengenai perspektif tentang siapa dirinya. Oleh karena itu, media sosial sebagai salah satu platform yang paling banyak digunakan oleh remaja tentu dijadikan sumber informasi untuk mencari perspektif-perspektif baru dianggap sebagai sesuatu yang ideal. Penggunaan media sosial sendiri nyatanya mampu memengaruhi perilaku individu terutama dalam aspek body dissatisfaction. Perilaku ini kemudian mendorong individu untuk selalu merasa tidak puas terhadap penampilan secara fisik. Pemaparan studi-studi sebelumnya, juga dapat membuktikan bahwa media sosial memberi dampak yang besar terhadap body dissatisfaction terutama pada remaja perempuan.

 

 

 

Daftar Pustaka

Grogan, S. (1999). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. Routledge.

Grogan, S. (1999). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. Routledge.

Impact of Social Media on Self-esteem and Body Image among Young Adults. (2022). European Psychiatry, 07(15), 585. doi: 10.1192/j.eurpsy.2022.1499

Kim, B.-Y., & Lee, S. (2015). A cross-cultural study of Body Image Perceptions between Korean and British University Students. Journal of Fashion Business Vol.19, No.6, 19, 14-27.

Roberts, S. R., Maheux, A. J., Ladd, B. A., & Bradley, S. C. (2022). The role of Digital Media in Adolescents’ Body Image and Disordered Eating. Body Image and Disordered Eating, 242 – 263. DOI: https://doi.org/10.1017/9781108976237.014

Tucci, S., & Peters, J. (2008). Media influences on body satisfaction in female students. Psicothema 2008. Vol. 20, nº 4, pp. 521-524, 20, 521-524.