Jam dinding hampir menunjukkan pukul tiga
Namun, ia masih saja terjaga
Bergulat dengan hingar-bingar di kepala,
Lopak-lapik mantiknya
Bertanya-tanya
Tentang apa,
Mengapa, bagaimana jika,
Serta berbagai pertanyaan lain dalam kepala
Satu, dua, tiga
Jam dinding akhirnya bersua,
Tiga kali—pertanda bahwa kini sudah benar-benar pukul tiga
Namun, di atas matras kamar kosnya yang berukuran tiga kali tiga,
Ia masih juga terjaga
Langit-langit kamar menjadi fokus netranya,
Sedang pikirnya melayang, entah ke mana
Satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya—
Kali ini, ia mencoba menghitung angka
Suara detik yang terpatri pada jam dinding seakan menuntunnya
Jangan tanya untuk apa ia menghitung angka,
Itu adalah upaya distraksi atas mantiknya
Pada hitungan ketiga puluh lima,
Ia mulai memejamkan netra
Bersiap menjemput bunga tidurnya
Kalaupun tidak ada,
Setidaknya malam ini ia berhasil meredam gelumat di kepalanya.